Ditulis oleh Elid Liradianta
28-04-2011
Nganjuk, MRI - Usia 5 tahun pada anak adalah usia bermain. Selain itu anak seusia itu pun seyogyanya mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya. Namun berbeda dengan Adit (5 tahun), bocah asal Nganjuk ini sangatlah memprihatinkan. di usia pertumbuhannya, ia tidak hanya tidak mendapatkan kasih sayang, namun anak kecil itu harus merawat ibunya yang menderita sakit.
Semenjak sang ayah yang berprofesi menjadi supir truck itu meninggalkan ia dan Ibunya, Ialah yang menjadi pahlawan bagi Ibunya yang sakit. setiap hari Adit harus menyiapkan makanan untuk Ibunya, kemudian ia harus mencuci pakaian, membersihkan rumah dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Hal itu terpaksa dilakukannya, sebab sang ibu hanya dapat terbaring lemah di atas tempat tidur.
Hal tersebut menggugah keterpanggilan hati Aksi Cepat Tanggap & MRI Surabaya untuk memberikan bantuan pada Adit dan Ibunya. maka pada hari Ahad 24 April 2011 kemaren, pihak ACT & MRI Surabaya bergerak menuju Kabupaten Nganjuk untuk memberikan santuan.
Adit yang kami temui di Panti Asuhan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Nganjuk, tampak sedang bermain dengan rekan-rekannya di panti itu. Awalnya agak susah kami mendekati Adit. Ia cenderung anti dan menolak terhadap orang asing, terlebih selama ini anak kecil itu harus mendapat cecaran pertanyaan dan audiensi para wartawan di tambah dengan sorotan lampu kamera dari para pekerja media yang menimbulkan sisi traumatis. cukup lama kami berupaya membujuk Adit yang nampak kurang nyaman pada kehadiran kami pada awalnya. Berbekal dengan ilmu trauma healing dan pendekatan sosial yang kami miliki sebagai Volunteer MRI akhirnya Adit mau kami ajak jalan.
Toko mainan adalah tujuan pertama kami, sepanjang perjalanan adit terus merengek ingin punya mainan, hal yang selama ini tidak ia dapatkan dalam keluarganya. Diatas gendongan relawan MRI Surabaya, Adit pun mulai terlihat sudah dapat menerima kami, ia sibuk memilih mainan yang ia sukai. "Sing iki wae om... sepur-sepuran" (yang ini saja Om, kereta-keretaan) pinta adit sambil menunjuk mainan kereta api.
Usai membeli mainan, kami pun mengajak adit menuju toko sepatu & sandal. karena sejak berangkat dari Panti Asuhan itu adit tak memakai alas kaki. Usai memilih beberapa model sandal, akhirnya adit menjatuhkan pilihan pada sepatu sandal warna biru.
Kemudian adit meminta untuk kembali ke Panti Asuhan karena tak sabar segera memainkan mainan yang baru Ia dapatkan. dengan sangat antusias Ia membuka dan merangkai rangkaaian rel kereta api. Terlihat wajah sumringah dan tawa lepas dari Adit yang selama ini tidak ia rasakan. Puas kami bermain dengan adit, akhirnya kamipun berpamitan untuk pulang.
Sebelumnya ACT & MRI Surabaya telah menjenguk sang Ibu dan memberikan santunan untuk biaya berobat. Sang ibu yang kami temui di rumah sakit, menggambarkan secara heroik apa yang selama ini di lakukan adit untuk merawatnya. Ia sangat bangga memiliki putra seperti adit.(elid-MRI Surabaya)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)

Posting Komentar